Free Monkey ani Cursors at www.totallyfreecursors.com

Kamis, 14 Februari 2013

Karies

Karies adalah suatu penghancuran atau destruksi progresif pada struktur tulang, termasuk tengkorak, tulang iga, gigi, dan tulang lainnya. Karies dapat disebabkan oleh osteomielitis, yang merupakan penyakit bakteri. Sebuah penyakit yang dapat berkembang menjadi karies adalah matoiditis, sebuah radang pada processus mastoideus.
Karies yang sering terjadi adalah karies gigi. Karies gigi dapat memengaruhi berbagai bagian dari gigi, termasuk enamel, dentin, pda mahkota atau akar gigi.

Faringitis streptokokus

Faringitis streptokokus
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
A set of large tonsils in the back of the throat covered in white exudate
A culture positive case of streptococcal pharyngitis with typical pus on the tonsils in a 16 year old.
ICD-10 J02.0
ICD-9 034.0
DiseasesDB 12507
MedlinePlus 000639
eMedicine med/1811 

Faringitis streptokokus atau sakit tenggorokan akibat Streptokokus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang disebut “Streptokokus grup A”.[1] Sakit tenggorokan akibat Streptokokus mempengaruhi tenggorokan dan tonsil. Tonsil adalah kedua kelenjar di tenggorokan, pada bagian belakang mulut. Sakit tenggorokan akibat Streptokokus juga dapat mempengaruhi rongga suara (laring). Gejala yang sering ditemukan antara lain demam, nyeri tenggorokan (disebut juga sakit tenggorokan), dan kelenjar (disebut kelenjar getah bening) yang membengkak di leher. Sakit tenggorokan akibat streptokokus merupakan penyebab pada 37% nyeri tenggorokan di anak.[2]
Sakit tenggorokan akibat Streptokokus menyebar melalui kontak erat dengan orang yang sakit. Agar yakin bahwa seseorang terjangkit sakit tenggorokan akibat Streptokokus, diperlukan suatu pemeriksaan yang disebut kultur apus tenggorokan. Meskipun tanpa pemeriksaan ini, suatu kasus sakit tenggorokan akibat Streptokokus yang khas dapat diketahui berdasarkan gejalanya. Antibiotik dapat membantu orang yang terkena sakit tenggorokan akibat Streptokokus. Antibiotik adalah obat yang membunuh bakteri. Antibiotik terutama digunakan untuk mencegah komplikasi seperti demam rematik dan bukan untuk memperpendek lamanya sakit.[3]

Gejala dan tanda

Gejala sakit tenggorokan akibat Streptokokus yang umum ditemukan adalah nyeri pada tenggorokan, demam lebih dari 38°C (100,4°F), nanah (suatu cairan berwarna kuning atau hijau yang tersusun atas bakteri yang mati, dan sel darah putih) pada tonsil, dan kelenjar getah bening yang membengkak.[3]
Dapat pula ditemukan gejala lain seperti:
  • Nyeri kepala (sakit kepala)[4]
  • Muntah-muntah atau ingin muntah (mual)[4]
  • Nyeri perut [4]
  • Nyeri otot[5]
  • Ruam (bintik kecil-kecil kemerahan) pada tubuh atau dalam mulut atau tenggorokan. Ini adalah tanda yang tidak sering ditemukan namun spesifik.[3]
Seorang yang terkena sakit tenggorokan akibat Streptokokus akan menunjukkan gejala antara satu hingga tiga hari setelah berkontak dengan seorang yang sakit.[3]

Penyebab

Sakit tenggorokan akibat Streptokokus disebabkan oleh suatu tipe bakteri yang disebut Streptokokus beta-hemolitikus grup A (SGA).[6]Bakteri atau virus lain juga dapat menyebabkan nyeri tenggorokan.[3][5] Seseorang menderita sakit tenggorokan akibat Streptokokus melalui kontak langsung dan erat dengan seorang yang sakit. Penyakit ini dapat lebih mudah menyebar apabila berada dalam lingkungan yang padat.[5][7] Contoh lingkungan yang padat di antaranya orang-orang di lingkungan militer atau di sekolah. Bakteri SGA dapat mengering menjadi debu, namun tidak dapat menyebabkan orang menjadi sakit. Apabila bakteri di lingkungan dipertahankan tetap lembab maka sampai dengan 15 hari bakteri tersebut dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit.[5] Bakteri yang lembab dapat ditemukan pada benda-benda seperti sikat gigi. Bakteri ini dapat hidup dalam makanan, namun hal ini sangat jarang terjadi. Orang yang memakan makanan tersebut dapat menjadi sakit.[5] Dua belas persen anak tanpa gejala sakit tenggorokan akibat Streptokokus memiliki SGA di tenggorokan mereka dalam keadaan normal.[2]

Diagnosis

Modifikasi Skor Centor
Nilai Kemungkinan Strep Pengobatan
1 atau kurang <10% Tidak diperlukan antibiotik atau kultur
2 11–17% Antibiotik berdasarkan kultur atau RADT
3 28–35%
4 atau 5 52% Antibiotik tanpa melakukan kultur
Suatu daftar cek yang disebut Modifikasi Skor Centor membantu dokter memutuskan bagaimana menangani seseorang dengan nyeri tenggorokan. Skor Centor memiliki lima penilaian atau pengamatan klinis. Ini menunjukkan seberapa mungkin seseorang mengalami sakit tenggorokan akibat Streptokokus.[3]
Satu poin diberikan untuk setiap kriteria ini:[3]
  • Tidak ada batuk
  • Kelenjar getah bening membengkak atau kelenjar getah bening yang nyeri bila disentuh
  • Suhu tubuh lebih dari 38°C (100,4°F)
  • Pus (nanah) atau pembengkakan tonsil (amandel)
  • Usia kurang dari 15 tahun (dikurangi satu poin apabila orang tersebut berusia lebih dari 44 tahun)

Pemeriksaan laboratorium

Suatu pemeriksaan yang disebut kultur tenggorokan adalah cara terbaik[8] untuk mengetahui apakah seseorang mengalami sakit tenggorokan akibat Streptokokus. Pemeriksaan ini memiliki ketepatan 90 sampai 95 persen.[3] Terdapat pemeriksaan lain yang disebut uji strep cepat (rapid strep test), disebut juga RADT. Uji strep cepat lebih cepat dibandingkan dengan kultur tenggorokan namun hanya mampu menemukan penyakit dengan benar pada 70% pemeriksaan. Kedua pemeriksaan dapat menunjukkan kapan seseorang tidak mengalami sakit tenggorokan akibat Streptokokus. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat menunjukkan bahwa seseorang tidak mengalami penyakit tersebut pada 98 persen kesempatan.[3]
Saat seseorang sedang sakit, kultur tenggorokan atau uji strep cepat dapat memberitahukan apakah seseorang sedang sakit tenggorokan akibat Streptokokus.[9] Orang yang tidak mengalami gejala sebaiknya tidak diperiksa kultur tenggorokan atau uji strep cepat karena beberapa orang memiliki bakteri streptokokus di tenggorokan mereka pada keadaan normal tanpa ada gejala yang buruk. Dan orang-orang ini tidak memerlukan pengobatan.[9]

Penyebab gejala serupa

Sakit tenggorokan akibat Streptokokus memiliki beberapa gejala yang sama seperti penyakit lain. Karena hal ini, dapat sulit untuk mengetahui apakah seseorang mengalami sakit tenggorokan akibat Streptokokus tanpa kultur tenggorokan atau uji strep cepat.[3] Apabila orang tersebut mengalami demam dan nyeri tenggorokan disertai batuk, hidung berair, diare, dan mata terasa merah dan gatal, hal ini lebih mungkin suatu nyeri tenggorokan yang disebabkan oleh virus.[3] Mononukleosis infeksiosa dapat menyebabkan kelenjar getah bening di leher membengkak dan nyeri tenggorokan, demam, dan dapat menyebabkan amandel membesar.[10] Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan darah. Namun, tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mononukleosis infeksiosa.

Pencegahan

Beberapa orang mengalami sakit tenggorokan akibat Streptokokus lebih sering dibandingkan orang lainnya. Operasi pengangkatan tonsil adalah salah satu cara untuk membuat orang-orang tersebut berhenti mengalami sakit tenggorokan akibat Streptokokus.[11][12] Menderita sakit tenggorokan akibat Streptokokus tiga kali atau lebih dalam setahun mungkin merupakan alasan yang baik untuk mengangkat amandel.[13] Menunggu dahulu juga tidak apa-apa.[11]

Pengobatan

Sakit tenggorokan akibat Streptokokus biasanya berlangsung selama beberapa hari tanpa pengobatan.[3] Pengobatan dengan antibiotik biasanya akan membuat gejalanya hilang 16 jam lebih cepat.[3] Alasan utama pengobatan dengan antibiotik adalah untuk mengurangi risiko menderita penyakit yang lebih berat. Sebagai contoh, suatu penyakit jantung yang dikenal sebagai demam reumatik atau berkumpulnya nanah di tenggorokan yang dikenal sebagai abses retrofaring.[3] Antibiotik bekerja dengan baik apabila diberikan dalam waktu 9 hari sejak gejala pertama kali muncul.[6]

Obat nyeri

Obat penghilang rasa nyeri dapat membantu mengurangi nyeri yang disebabkan oleh sakit tenggorokan akibat Streptokokus.[14] Biasanya ini mencakupOAINS atau parasetamol yang juga dikenal sebagai asetaminofen. Steroid juga bermanfaat[6][15], demikian pulalidokain kental.[16] Aspirin dapat bermanfaat pada dewasa. Tidak baik memberikan aspirin pada anak karena hal ini akan membuat mereka lebih mungkin mengalami Sindrom Reye.[6]

Obat antibiotik

Penisilin V adalah antibiotik yang paling sering digunakan di Amerika Serikat untuk sakit tenggorokan akibat Streptokokus. Antibiotik ini banyak digunakan karena aman, bekerja dengan baik, dan tidak mahal (tidak menghabiskan banyak uang).[3] Amoksisilin biasanya digunakan di Eropa.[17] Di India, orang lebih berisiko menderita demam reumatik. Karena itu, suatu obat disuntikkan yang disebut benzatin penisilin G merupakan terapi yang biasa diberikan.[6] Antibiotik menurunkan rata-rata lama gejala. Rata-rata lama gejala adalah tiga hingga lima hari. Antibiotik menurunkan hal ini sebanyak sekitar satu hari. Obat-obat ini juga mengurangi penyebaran penyakit.[9] Obat-obat ini terutama digunakan untuk mencoba mengurangi komplikasi yang jarang. Ini mencakup demam reumatik, ruam, atau infeksi.[18] Efek baik antibiotik harus seimbang dengan kemungkinan efek sampingnya.[5] Terapi antibiotik mungkin tidak perlu diberikan pada seorang dewasa sehat yang mengalami reaksi buruk terhadap obat.[18] Penggunaan antibiotik pada sakit tenggorokan akibat Streptokokus lebih sering dibandingkan dengan perkiraan tingkat kejadian penyakit yang diharapkan.[19] Obat eritromisin (dan obat-obat lain, yang disebut makrolid) harus digunakan pada orang yang mengalami alergi berat terhadap penisilin.[3]Sefalosporin dapat digunakan pada orang dengan alergi yang lebih ringan.[3] Infeksi streptokokus juga dapat menyebabkan pembengkakan ginjal (glomerulonefritis akut). Antibiotik tidak mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi ini.[6]

Perjalanan Penyakit Selanjutnya

Gejala sakit tenggorokan akibat Streptokokus biasanya membaik, dengan atau tanpa pengobatan, dalam waktu sekitar tiga hingga lima hari.[9]Pengobatan dengan antibiotik mengurangi risiko penyakit yang lebih berat. Antibiotik juga membuat penyakit lebih sulit menyebar ke orang lain. Anak dapat kembali sekolah 24 jam setelah pemberian antibiotik.[3]
Masalah yang sangat berat ini mungkin disebabkan oleh sakit tenggorokan akibat Streptokokus:

Kemungkinan Terkena Penyakit Ini

Sakit tenggorokan akibat Streptokokus termasuk dalam kategori yang lebih luas dari nyeri tenggorokan atau faringitis. Sekitar 11 juta orang menderita nyeri tenggorokan di Amerika Serikat setiap tahunnya.[3] Sebagian besar kasus nyeri tenggorokan disebabkan oleh virus. Bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A menyebabkan 15 hingga 30 persen nyeri tenggorokan pada anak. Bakteri ini menyebabkan 5 hingga 20 persen nyeri tenggorokan pada dewasa.[3] Kasus biasanya terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi.[3]

Rabu, 13 Februari 2013

Disentri

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah [1]. Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
  • Buang air besar dengan tinja berdarah
  • Diare encer dengan volume sedikit
  • Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
  • Nyeri saat buang air besar (tenesmus)

Daftar isi

Etimologi

  1. Bakteri (Disentri basiler)
    • Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella [2].
    • Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
    • Salmonella
    • Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
  2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun

Patofisiologi

Referensi:[3][4][5][6]
Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, person-to-person contact.

Disentri basiler

Shigella dan EIEC

MO --> kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal  invasi ke sel epitel mukosa usus --> multiplikasi --> penyebaran intrasel dan intersel --> produksi enterotoksin --> ↑ cAMP --> hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi).--> produksi eksotoksin (Shiga toxin) --> sitotoksik --> infiltrasi sel radang --> nekrosis sel epitel mukosa --> ulkus-ulkus kecil --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen usus --> tinja bercampur darah.--> invasi ke lamina propia ? --> bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1)

Salmonella

MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> sintesis Prostaglandin --> produksi heat-labile cholera-like enterotoksin --> invasi ke Plak Peyeri --> penyebaran ke KGB mesenterium -->hipertrofi --> penurunan aliran darah ke mukosa --> nekrosis mukosa --> ulkus menggaung --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.

Campylobacter jejuni

MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> Prostaglandin --> produksi heat-stabile cholera-like enterotoksin --> produksi sitotoksin ?? --> nekrosis mukosa --> ulkus --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.--> masuk ke sirkulasi (bakteremia).

Disentri amoeba

Bentuk histolitika (trofozoit) --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> produksi enzim histolisin  nekrosis jaringan mukosa usus --> invasi ke jaringan submukosa --> ulkus amoeba --> ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus submukosa --> kerusakan permukaan absorpsi  malabsorpsi --> ↑ massa intraluminal --> tekanan osmotik intraluminal --> diare osmotik.

Komplikasi

Referensi:[2][3][4][7]
  1. Dehidrasi
  2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
  3. Kejang
  4. Protein loosing enteropathy
  5. Sepsis dan DIC
  6. Sindroma Hemolitik Uremik
  7. Malnutrisi/malabsorpsi
  8. Hipoglikemia
  9. Prolapsus rektum
  10. Reactive arthritis
  11. Sindroma Guillain-Barre
  12. Ameboma
  13. Megakolon toksik
  14. Perforasi lokal
  15. Peritonitis

Diagnosis

Referensi:[2][3][4][7][6]
Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
  • Pemeriksaan tinja
    • Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja
    • Benzidin test
    • Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .
  • Biakan tinja :
    • Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
  • Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), kadang-kadang dapat ditemukan leukopenia.

Simtoma klinis

Disentri basiler

  • Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
  • Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
  • Muntah-muntah.
  • Anoreksia.
  • Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
  • Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

Disentri amoeba

  • Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
  • Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
  • Sakit perut hebat (kolik)
  • Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

Penanganan

Referensi:[2][3][4][7][8][9][10][6]
1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis. 2. Komponen terapi disentri : a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit. b. Diet c. Antibiotika d. Sanitasi
Ad. a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
Ad. b. Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit.
Ad. c. Antibiotika
• Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian. • Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari. • Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan plasebo10. • Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. • Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain. • Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler. • Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
Ad. d. Sanitasi
 Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.

Difteri

Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae. Difteri ialah penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.
Penularan Kuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.

Simptom

Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan(membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Perawatan dan pencegahan

Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas(tracheotomy) mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.

Demam tifoid

Demam tifoid
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
Bintik-bintik merah pada dada pasien yang terjangkit demam tifoid karena Bakteri Salmonella Typhi
ICD-10 A01.0
ICD-9 002
DiseasesDB 27829
eMedicine oph/686  med/2331
MeSH D014435

Demam tifoid[1], atau typhoid[2] adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi.[3] Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh tinja.[4]

Gejala

Setelah infeksi terjadi akan muncul satu atau beberapa gejala berikut ini:

Perawatan

Tifus dapat berakibat fatal. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara barat.
Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam tifoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin).

Tes Mantoux

Tes Mantoux (juga disebut tes penyaringan Mantoux, Tes Sensitivitas Tuberkulin, tes Pirquet, atau tes PPD atau Derivatif Protein Dimurnikan) adalah alat diagnostik untuk penyakit tuberkulosis. Tes ini adalah satu dari dua tes kulit tuberkulin besar yang digunakan di seluruh dunia dan menggantikan tes punktur ganda seperti tes Tine. Hingga tahun 2005, tes Heaf digunakan di Britania Raya, selanjutnya sampai saat ini tes Mantoux digunakan di negara itu. Tes Mantoux juga digunakan di Australia, Brazil, Kanada, Hongaria, Polandia, Rusia, India, Belanda, Selandia Baru, Spanyol, Portugal, Afrika Selatan dan Amerika Serikat dan disarankan oleh American Thoracic Society dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC)). Tes ini juga digunakan di USSR dan sekarang lazim di sebagian besar negara bekas Soviet.

Lihat pula

Sanatorium

Sanatorium atau petirahan adalah fasilitas medis untuk penyakit jangka panjang, terutama tuberkulosis.
Petirahan populer di Eropa pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1950-an, tuberkulosis bukan lagi penyakit umum, sehingga banyak petirahan yang mulai dihancurkan. Beberapa petirahan masih meneruskan peran medisnya. Petirahan Tambaram di India selatan kini adalah rumah sakit untuk pasien AIDS.[1]

Lupus vulgaris

Lupus vulgaris adalah bentuk tuberkulosis kulit yang paling berat dan sering ditemui. Penyakit ini sering mengenai muka dan ditandai oleh pembentukan bercak coklat kemerahan di dalam korium, lapisan kulit di bawah epidermis. Bercak tersebut cepat menyebar ke perifer dengan atrofi sentral, menyebabkan ulserasi dan parut, serta kerusakan jaringan tulang rawan pada bagian yang terkena.
Pasien yang terkena lupus vulgaris, wajahnya akan terlihat seperti serigala. Kata serigala dalam bahasa Latin disebut lupus.

Kamis, 07 Februari 2013

Tuberkulosis

Tuberculosa
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
Paru-paru penderita TBC melalui Sinar X
ICD-10 A15.-A19.
ICD-9 010-018
OMIM 607948
DiseasesDB 8515
MedlinePlus 000077 000624
eMedicine med/2324  emerg/618 radio/411
MeSH C01.252.410.040.552.846                 
 
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia
Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.

Klasifikasi

Patofisiologi

Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.
M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga.

Penularan

Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.
Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak anak yang disebut sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasional beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi

Diagnosis

Simtoma klinis

Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain akan sesuai dengan organ yang terlibat )
Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up

Lihat pula

Referensi

  • Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know, 4th edition (2000). Division of Tuberculosis Elimination, Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (Internet versionupdated Aug 2003).
  • Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society. Control and prevention of tuberculosis in the United Kingdom: Code of Practice 2000. Thorax 2000;55:887-901 (fulltext).
  • Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis. ISBN 0-8147-1927-9 HB - ISBN 1-85285-332-8 PB
  • Mountains Beyond Mountains: The Quest of Dr. Paul Farmer, a Man Who Would Cure the World. Tracy Kidder, Random House 2000. ISBN 0-8129-7301-1. A nonfiction account of treating TB in Haiti, Peru, and elsewhere.
  • Ha SJ, Jeon BY, Youn JI, Kim SC, Cho SN, Sung YC. Protective effect of DNA vaccine during chemotherapy on reactivation and reinfection of Mycobacterium tuberculosis. Gene Ther. 2005 Feb 03; [Epub ahead of print] PMID 15690060
  • Tuberkulosis - Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006. ISBN 979-96614-7-1

Pranala luar

Organisasi
Lainnya

Dakriosistitis

Mata manusia
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada sakus lakrimalis atau saluran air mata yang berada di dekat hidung. Infeksi ini menyebabkan nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata bawah, serta terjadinya pengeluaran air mata berlebihan (epifora). Radang ini sering disebabkan obstruksi nasolakirmalis oleh bakteri S. aureus, S. pneumoniae, Pseudomonas.

Terapi

Dakriosistitis diobati dengan kompres air hangat, dekongestan nasal, antibiotika topikal dan sistemik. Dalam keadaan tertentu dapat dipertimbangkan tindakan dakriosistorinostomi.

Sabtu, 02 Februari 2013

Manfaat Buah Durian

“Smells like hell, but tastes like heaven..”
Itulah ungkapan singkat yang dilontarkan seorang turis asing setelah mencicipi buah durian asli Indonesia. Di Indonesia sendiri tidak sedikit yang menutup hidung dari aroma khas buah durian. Namun tak sedikit pula yang ketagihan setelah mencicipi ke’dahsyat’an rasanya.
Pohon durian merupakan tanaman liar yang berasal dari hutan Sumatra, kalimantan, dan Malaysia. Nama durian sendiri diambil dari karakteristik buahnya yang memiliki kulit rapat berduri dengan nama latin Durio zibenthinus Murr
Soal rasa, tidak ada yang bisa ‘mangkir’ dari kelezatan buah berduri yang satu ini.
Bahkan seorang naturalis bernama Alfred Russel Wallace mengatakan bahwa durian adalah buah yang mirip puding dan diperkaya dengan rasa almond, kadang-kadang seperti es krim rasa keju, bercampur saus bawang, anggur, dan bermacam rasa yang unik.

Kandungan Gizi Durian

Selain mendapat julukan ‘The King of Fruit’ durian juga mendapatkan julukan sebagai buah ‘bintang lima’ karena kandungan gizinya yang lengkap dibanding buah yang lain. Di antara kandungan nutrisi yang penting tersebut adalah vitamin B, vitamin C, zat besi, kalium, magnesium, fosfor, seng, thiamin, riblofavin, omega 3 dan 6. Selain itu durian juga banyak mengandung phytonurient, polyphenol, phytosterol, antioksidan, organosulfur, dan tryptophan. Disamping itu juga ada zat gizi utama seperti karbohidrat, lemak tak jenuh, dan protein.
Menurut tim peneliti dari Ohio State University, phytonutrient yang terkandung dalam buah durian diklaim mampu mematikan zat penyebab kanker, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah kanker, diabetes, serta penyakit jantung.
Durian juga diperkaya dengan polifenol dan antioksidan seperti vitamin C. Kandungan vitamin C pada buah durian bisa mencapai 200 mg/100 gr daging buah. Angka tersebut merupakan nilai tertinggi kandungan vitamin C pada buah.
Department of Pharmacology & Toxicology, School of Medicine, State University of New York di Buffalo juga memberikan catatan penting tentang kandungan durian. Berdasarkan hasil riset mereka, kandungan zat phytosterol dalam durian berguna antara lain untuk memperbaiki reaksi anti tumor pada tubuh, memperbaiki daya tahan tubuh terhadap serangan kanker, dan membantu menghambat pertumbuhan tumor.

Manfaat Kesehatan Buah Durian

Selain rasa memiliki rasa yang nikmat dan kandungan nutrisi yang begitu lengkap, buah durian juga memiliki berbagai manfaat kesehatan yang tak kalah pentingnya, seperti:
Mencegah Penuaan Dini
Vitamin C yang terkandung dalam durian merupakan bahan baku pembuatan kolagen. Seperti kita ketahui bahwa kolagen adalah faktor penting dalam menjaga keremajaan kulit. Tak hanya itu, kolagen juga berperan penting dalam menjaga kesehatan pembuluh darah, tulang tendon, dan ligamen.
Mencegah Depresi
Kandungan vitamin B6 yang terdapat dalam buah durian juga dapat membantu memproduksi hormon serotonin. Hormon penting yang membuat suasana hati Anda menjadi lebih baik sehingga mencegah Anda dari risiko stres dan depresi.
Meningkatkan Kemampuan Otak
Sebuah studi yang dilakukan di Twickenham, London, Inggris, menyebutkan bahwa 200 pelajar diminta untuk mengonsumsi buah durian dalam jumlah cukup pada saat sarapan, istirahat, dan makan siang. Hasilnya, lebih dari 80 persen siswa mengalami peningkatan kemampuan otak dalam menyerap pelajaran dan lebih berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan.
Obat Tidur Alami
Bagi Anda yang susah tidur dan jarang mendapatkan tidur berkualitas, mungkin mengonsumsi durian bisa menjadi solusi alternatif yang tepat. Kandungan amino triptofan dalam durian dapat meringankan kecemasan, insomnia, dan menciptakan perasaan euforia dengan cara meningkatkan kadar serotonin pada otak. Serotonin merupakan zat penting untuk mengatur siklus tidur yang bekerja sama dengan zat lain yakni melatonin.
Lantas bagaimana dengan rumor yang beredar bahwa durian dapat membahayakan kesehatan?
Buah durian dapat mengganggu kesehatan jika Anda mengonsumsinya secara berlebihan. Bahkan bisa mengakibatkan kematian jika Anda mengonsumsinya bersama dengan minuman beralkohol. Agar buah durian dapat dirasakan manfaat sehatnya, cukup konsumsi 100-200 gr saja sekali makan.

Cara Alami Obati Sembelit

Cara Alami Obati Sembelit
 
Susah buang air besar atau biasa disebut sembelit acapkali menjadi masalah untuk kebanyakan orang, terutama para pekerja kantoran yang banyak menghabiskan waktu berjam-jam di depan meja kerja. Hal itu jelas sangat mengganggu aktivitas mereka di kantor.
Cukup banyak penyebab yang memicu munculnya sembelit antara lain, kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi, stres atau depresi dan aktivitas yang cukup padat, pengaruh hormon dalam tubuh (misalnya karena menstruasi), kelainan anatomis pada sistem pencernaan, dan gaya hidup dan pola makan yang kurang teratur (seperti diet yang buruk).
Namun jangan khawatir, karena ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah sembelit, dilansir dari laman mindbodygreen.
Menjauhi Makanan Kemasan
Makanan olahan atau makanan kemasan memiliki umur simpan tertentu dan biasanya mengandung pengawet yang tidak baik untuk kesehatan pencernaan.
Sering Berolahraga
Olahraga dapat meningkatkan aliran darah ke usus dan meningkatkan motilitas gastrointestinal. Sehingga pencernaan lancar dan terhindar dari sembelit.
Melakukan Pijatan pada Perut
Berikan pijatan lembut pada perut ketika sedang bersantai atau dalam keadaan perut yang tidak penuh. Hal ini akan membuat kondisi perut Anda rileks dan tenang sehingga mampu mencerna makanan dengan baik
Banyak Minum
Salah satu alasan sembelit adalah karena Anda mengalami dehidrasi. Ketika tubuh mengalami dehidrasi, usus besar adalah organ yang pertama kali merasakan akibatnya. Usus besar yang sehat memiliki persentase cairan yang sangat tinggi.
Tubuh Anda juga membutuhkan cairan dari usus besar untuk mendukung organ-organ tubuh lainnya. Oleh karena itu Anda perlu banyak minum air hingga 8 gelas per hari.
Hindari Makanan Kering
Makanan yang kering seperti kacang, keripik, dan biskuit dapat menghambat proses pencernaan dan menyebabkan sembelit. Ketika Anda mengonsumsinya, perbanyaklah minum air putih
Berhentilah Ngemil
Jangan makan cemilan dahulu sebelum makanan yang Anda makan sebelumnya telah selesai dicerna. Jika jarak antara sarapan, ngemil dan makan siang terlalu sedikit, saluran pencernaan Anda akan mengalami penumpukan makanan dan akan menyebabkan sembelit.
Tarik napas
Luangkan waktu untuk menarik napas panjang, tujuannya adalah untuk meningkatkan aliran darah ke sistem pencernaan. Saat bernapas, sistem saraf Anda akan tenang dan mampu memperlancar proses pencernaan.

Penybab Penyakit Rematik

Arthritis adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan pada sendi tubuh. Istilah arthritis berasal dari bahasa Yunani, di mana ‘artho’ berarti bersama dan ‘itis’ untuk peradangan. Ada lebih dari 100 bentuk arthritis yang ditemukan saat ini. Dua jenis utama dari arthritis adalah osteoarthritis dan rheumatoid arthritis, yang juga dikenal sebagai rematik.
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif, yang disebabkan sebagai akibat dari trauma infeksi atau bisa karena faktor usia. Lain halnya dengan Rheumatoid Arthritis (RA), yang merupakan gangguan kronis inflamasi sistemik, yang dapat mempengaruhi jaringan dan organ, serta sering menyerang sendi sinovial. Berikut adalah penyebab dari rematik seperti dilansir Buzzle.com.
Gangguan autoimun
Wanita tiga kali lebih berisiko terkena rematik dibanding pria. Penyakit ini biasanya diderita antara usia 40 dan 50-an, namun orang-orang dari segala usia juga dapat terkena rematik. Penyebab yang sering dikaitkan dengan rematik adalah sistem autoimun tubuh, namun hingga saat ini penyebabnya masih belum sepenuhnya diketahui.
Sel darah putih
Sel-sel darah putih melawan virus atau bakteri, yang mencoba untuk menyerang tubuh. Mereka mengalir dalam darah ke seluruh tubuh, tetapi ketika mereka bergerak keluar dari aliran darah dan masuk ke membran di sekitar sendi, mereka menyebabkan rematik. Oleh karena itu, bukannya melawan para penyusup dalam tubuh, mereka justru mengiritasi lapisan membran di sekitar sendi dan menyebabkan rasa sakit.
Racun dalam tubuh
Limbah beracun dalam darah, berkonsentrasi di sekitar sendi dan tulang, yang pada akhirnya dapat menimbulkan rematik. Produk makanan seperti daging, gula, roti dan sereal olahan juga dapat meninggalkan banyak limbah beracun dalam tubuh, yang bisa bergerak ke seluruh tubuh dan membuat tempat untuk dirinya sendiri dalam sendi dan menimbulkan rematik. Selain itu, makan terlalu banyak makanan yang mengandung asam juga berbahaya bagi kesehatan sendi dan tulang dalam tubuh.
Faktor genetik
Menurut para ilmuwan, faktor genetika juga memiliki peran penting dalam menyebabkan kondisi ini, seperti yang sering kita tahu bahwa rematik dikenal sebagai penyakit keturunan. Disamping itu, ketidakseimbangan hormon juga dapat menyebabkan rematik. Jika kandung empedu tidak berfungsi seperti yang diharapkan, maka seseorang dapat mengalami rheumatoid arthritis.
Penyebab rematik palindromic
Seperti halnya dengan penyebab rematik, penyebab rematik palindromic juga tidak diketahui. Namun, para ilmuwan menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh sistem autoimun tubuh. Satu sampai tiga sendi dapat diserang dalam kondisi ini. Lutut, jari-jari dan sendi besar lebih rentan terhadap rematik palindromic. Namun, Anda tak perlu takut pada rematik palindromic, kondisi ini tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan pada tulang dan jaringan lunak yang terpengaruh oleh itu.
Karena sulit untuk menentukan salah satu dari penyebab rematik, garis pengobatan pasien juga berbeda. Seorang dokter dapat memberikan perlakuan, resep diet dan program latihan yang berbeda untuk mengatasi kondisi tersebut.

Rematik: Tipe dan Gejalanya

Beberapa penyakit rematik seperti osteoartritis biasanya disebabkan keausan pada sendi, sedangkan rheumatoid arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menjadi hiperaktif – sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan sendi, menyebabkan nyeri sendi dan bengkak. Berikut adalah tipe rematik dan gejalanya sebagaimana dilansir WebMD.
Tipe Rematik dan gejalanya
Osteoarthritis
Osteoarthritis dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan dari waktu ke waktu. Tulang rawan bertugas sebagai bantalan ujung tulang dan memungkinkan sendi untuk bergerak dengan lancar. Osteoarthritis biasanya menjadi tanda dari proses penuaan yang dapat mempengaruhi semua bagian tubuh, terutama lutut, pinggul, punggung bawah, leher, dan jari-jari.
Gejala Osteoarthritis meliputi:
1. Nyeri pada sendi
2. Terjadi pembengkakan
3. Bagian yang nyeri terasa kaku
4. Terjadi kelemahan otot dan ketidakstabilan sendi
5. Nyeri saat berjalan
6. Kesulitan mencengkeram benda
7. Kesulitan dalam berpakaian atau bahkan menyisir rambut
8. Kesulitan duduk atau membungkuk
Untuk mendiagnosa osteoarthritis, dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan Anda dan gejala yang Anda rasakan. Kemudian dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik.
Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis membuat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri dan menyebabkan keluhan seperti nyeri sendi, bengkak, dan kekakuan yang parah. Kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan sendi permanen dan deformitas.
Gejala Rheumatoid arthritis meliputi:
1. Nyeri sendi dan bengkak
2. Nyeri pada beberapa bagian sendi (biasanya dalam pola simetris)
3. Nyeri pada organ lain
4. Merasakan kekakuan, terutama di pagi hari
5. Kelelahan
6. Demam
7. Muncul benjolan yang disebut nodul rheumatoid
Untuk mendiagnosa Rheumatoid arthritis, dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan Anda dan melakukan pemeriksaan fisik. Juga, X-ray dan tes darah kemungkinan akan dilakukan.
Lupus
Lupus eritematosus sistemik atau LES merupakan penyakit autoimun, yang penyebabnya belum diketahui.
Gejala lupus termasuk:
1. Nyeri sendi
2. Kelelahan
3. Kekakuan
4. Ruam, termasuk “ruam kupu-kupu” di bagian pipi
5. Sensitivitas terhadap matahari
6. Rambut rontok
7. Perubahan warna pada jari tangan atau kaki bila terkena dingin (disebut fenomena Raynaud)
8. Rasa nyeri di bagian organ internal, seperti ginjal
9. Kelainan darah, seperti anemia dan masalah pembekuan darah
10. Nyeri dada sebagai akibat radang selaput jantung atau paru-paru
11. Kejang atau stroke
Untuk mendiagnosa lupus, dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan Anda, melakukan pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium urutan sampel darah dan urin.
Ankylosing Spondylitis
Ankylosing Spondylitis (AS) biasanya dimulai secara bertahap sebagai nyeri punggung bawah. Ankylosing spondylitis lebih sering terjadi pada pria muda, terutama semasa remaja hingga usia 30-an.
Gejala ankylosing Spondylitis termasuk:
1. Rasa nyeri yang bertahap di punggung bawah dan pantat
2. Rasa nyeri di punggung bawah yang kian memburuk
3. Rasa nyeri antara tulang belikat dan leher
4. Rasa nyeri dan kekakuan di bagian belakang tubuh, terutama saat beristirahat
5. Rasa nyeri dan kekakuan hilang ketika mulai beraktivitas
6. Nyeri pada punggung bagian tengah dan kemudian punggung atas dan leher (setelah 5-10 tahun).
7. Pada tingkat lanjut, tulang belakang terasa lebih kaku. Ini membuat seseorang merasa sulit untuk membungkuk.
Sindrom Sjogren
Sindrom Sjogren adalah penyakit autoimun. Meskipun penyebab penyakit ini tidak diketahui, Sjogren lebih sering terjadi pada wanita.
Gejala Sjogren meliputi:
1. Mata kering (kelenjar dalam mata tidak membuat air mata yang memadai)
2. Iritasi mata dan perasaan terbakar di mata
3. Mulut kering (kelenjar dalam mulut tidak memproduksi air liur yang memadai)
4. Pembusukan gigi, penyakit gusi, sariawan
5. Pembengkakan kelenjar parotis pada sisi wajah
6. Rasa nyeri dan kekakuan (jarang)